Senin, 21 Februari 2011

Paradise Island Named Dodola ...

Pulau Surgawi Itu Bernama Dodola...


KOMPAS.com - As heaven is cast into the earth. The island was named Dodola heavenly. Located on the island of Morotai, North Maluku, Dodola Island consists of two islands. Big Island Dodola and Small island Dodola.
At low tide, connects the two islands by white sand stretching. A pattern seemed magical, distant streaks along the sand connector. Strokes that arise due to the wind and waves. From the Great Dodola it took about five minutes walk to reach the Dodola Small.
In addition to connecting the two islands of sand, sea water receded revealing the reefs full of seaweed. Conversely, at high tide, Dodola was divorced into two islands, separated by sea water like a strait.
Dodola Island fits into snorkeling and diving locations. But as a place to simply look chic beach sunbathing was so compelling. Be sure to swim because the water is so blue it is tempting myself to plunge into the warm sea water.
How women who primp, earth Dodola dress with white powder. Yes, white sand on Dodola very soft, almost similar to the powder or flour. Dodola is a beautiful virgin.Nan uninhabited island deserted. Only the occasional fisherman who stopped off fatigue.
I had met two fishermen who were fishing at sea. They took a break on the island of Dodola. Typical or traditional motorized boat parked on the beach Moluccas. If you want to come to the beautiful island, you can ride Ketingting.
"Fifty thousand each way," so said one fisherman. You can also hire a speedboat to reach the island Dodola. However, motorized ride while experiencing a rush of course give the impression they fished deeper.
In Small Dodola absolutely no human touch. Unlike the Big Island Dodola which has a kind of wooden pier and building villas. However, the villa is left untreated and neglected. The district government is planning to develop the island as a tourist attraction complete with lodging right on the beach.
District Morotai cluster itself consists of more than thirty islands. Most are small islands are uninhabited. Morotai renowned as a historic site that played a major role in World War II. Japanese and allied forces had fought on the island. Hence, both camps have headquartered.
Until now, the remaining historic relics can still be seen clearly on the seabed.Therefore, activities like diving on Morotai combines nautical tourism with the tourism history. Word, the original diver Morotai, said, there are 13 points of existing marine heritage.
"The five locations the existing documentation. The rest are still in the form of folklore, so it has not been proven," said Firman. The sites in Wawama, Totodaku, Mira, Buhobuho, and sea between Dodola with Kelerai.
"In Wawama and Totodaku, no allied aircraft and jeeps. If in Mira no shipwreck. In Buhohubo and near Dodola no fighter," he said. Word is determined to continue to dive for sea uncovers Morotai which holds the remains of World War II.



KOMPAS.com — Laksana surga yang dicampakkan ke bumi. Pulau surgawi itu bernama Dodola. Terletak di Kepulauan Morotai, Maluku Utara, Pulau Dodola terdiri atas dua pulau. Pulau Dodola Besar dan Pulau Dodola Kecil.
Kala air surut, kedua pulau akan menyambung oleh pasir putih memanjang. Sebuah pola guratan nan magis tampak di sepanjang pasir penyambung. Guratan-guratan yang muncul akibat angin dan ombak. Dari Dodola Besar perlu waktu sekitar lima menit berjalan kaki untuk mencapai Dodola Kecil.
Selain pasir yang menyambungkan kedua pulau, air laut yang surut menampakkan karang-karang penuh rumput laut. Sebaliknya, saat air pasang, Dodola pun bercerai menjadi dua pulau, terpisah oleh air laut bagai selat.
Pulau Dodola cocok menjadi lokasi snorkeling dan menyelam. Namun sebagai tempat untuk sekadar berjemur menatap keelokan pantai pun begitu memikat. Pastikan untuk berenang karena air yang begitu biru sangat menggoda diri untuk mencebur ke dalam hangatnya air laut.
Bagai perempuan yang bersolek, bumi Dodola berdandan dengan bedak putih. Ya, pasir putih di Dodola sangat lembut, nyaris serupa dengan bedak atau tepung. Dodola adalah gadis perawan yang rupawan. Pulau tak berpenghuni nan sepi. Hanya sesekali nelayan yang mampir melepas penat.
Saya sempat bertemu dua orang nelayan yang sedang mencari ikan di tengah lautan. Mereka beristirahat sejenak di Pulau Dodola. Ketinting atau perahu tradisional khas Maluku diparkir di tepi pantai. Jika Anda ingin bertandang ke pulau elok itu, Anda bisa menumpang Ketingting.
"Lima puluh ribu sekali jalan," begitu kata salah satu nelayan. Anda bisa juga menyewa speedboatuntuk mencapai Pulau Dodola. Namun, menumpang ketinting sambil mengikuti kesibukan nelayan melaut tentu memberi kesan yang lebih mendalam.
Di Dodola Kecil sama sekali tidak ada sentuhan manusia. Berbeda dengan Pulau Dodola Besar yang memiliki dermaga kayu dan bangunan semacam vila. Namun vila itu tak terawat dan dibiarkan telantar. Pemerintah kabupaten memang berencana mengembangkan pulau itu sebagai obyek wisata lengkap dengan penginapan persis di tepi pantai.
Kabupaten Morotai sendiri terdiri dari gugusan lebih dari tiga puluh pulau. Sebagian besar adalah pulau-pulau kecil yang tak berpenghuni. Morotai terkenal sebagai lokasi bersejarah yang berperan besar pada Perang Dunia II. Jepang dan tentara sekutu pernah bertempur di pulau itu. Karena itu, kedua kubu pernah bermarkas.
Sampai kini, sisa peninggalan bersejarah masih bisa terlihat jelas di dasar laut. Karena itu, aktivitas menyelam di Morotai bagai mengabungkan wisata bahari dengan wisata sejarah. Firman, penyelam asli Morotai, menuturkan, ada 13 titik laut yang ada peninggalan sejarah.
"Lima lokasi sudah ada dokumentasinya. Sisanya masih berupa cerita-cerita rakyat, jadi belum terbukti," kata Firman. Kelima lokasi tersebut ada di Wawama, Totodaku, Mira, Buhobuho, dan laut di antara Dodola dengan Kelerai.
"Di Wawama dan Totodaku, ada pesawat sekutu dan jip. Kalau di Mira ada kapal karam. Di Buhohubo dan dekat Dodola ada pesawat tempur," katanya. Firman bertekad untuk terus menyelam demi menyingkap laut Morotai yang menyimpan sisa-sisa Perang Dunia II.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Advertise